Peluit panjang telah menggema
Petanda hari telah menembus batas pengabdian
Ratusan insan berkumpul hingga ujung istana
Berderet rapi mengakhiri sebuah do’a
Kulihat dirimu bergegas tanpa berpaling
Rautmu tampak dingin semu membeku
Entah apa yang ada di benakmu kini
Hingga dirimu seperti ini
Kulihat dirimu mulai mengekang kendali
Kudamu melesat seperti panah memburu mangsa
Aku kejar semampuku hingga persimpangan
Tapi dirimu semakin jauh dan menjauh.
Aku memutar dengan perasaan rindu
Rindu untuk mengejarmu yang telah menghilang
Lenyap sudah sejauh mata memandang
Tak kusangka dirimu sirna ditelan lalu lalang
Kenapa nafasku terasa berat
Menyesali sebuah akhir perjalanan
Kutelan ludahku yang terasa pahit
Menahan kegelisahan yang smakin mendalam
Kutatap langit yang bukan lagi menjadi milikku
kufikir kini dirimu telah berbeda
dan ternyata jiwaku telah memudar dalam hatimu
Bagaikan debu terhempas angin melingkar
Mungkin dirimu tak menyadari
Seberapa jauh aku mendekat
Menatap raut indahmu yang terdiam
Dan semakin larut dalam kepekatan
Terkuak berita di dunia persilatan
Dirimu akan pergi jauh meninggalkan kota ini
Mungkin karena kejenuhan telah menerpa
Atau mungkin karena perseteruan yang smakin membelenggu
Sedikitpun aku tidak berkesempatan
kudekati, dirimu semakin menjauh
kusapa, dirimu tak peduli
begitu besarkah kesalahanku hingga dirimu seperti ini
padahal persahabatan adalah tujuan
aku tidak menginginkan lebih kecuali kamu ingin
tapi kini ku tak lagi mengenal dirimu
terhapuslah sudah keduanya ditelan api
pergilah kalau itu maumu dan menjadikanmu lebih baik
pergilah kalau itu membuatmu bahagia dan lebih tenang
menjalani dunia kehidupan yang melenakan dan kepura-puraan
serta terlepas dari tatapan dan teguran mahluk yg menjadikanmu bosan
memang aku bukan siapamu
Dirimu berhak untuk pergi
Meski telah mengukir ragam kenangan
Dan mungkin akan hidup setelah mati