Seminggu terasa sehari
Sebulan terasa seminggu
Demikianlah Hari bergulir dengan cepat dan nyata
Ragam kebetahan dunia diciptakan
Saling berpacu mengejar kenikmatan sesaat
Semata-mata untuk mengusir kepenatan dan rasa bosan
Begitu indah sebuah kejayaan dan keangkuhan
Sering aku mendengar wajah mati
Tak aneh kulihat jeritan dikala mati
Yang tersisa hanya seonggok nama di batu nisan
Semua manusia pasti mati
tapi itu semua tidak membuatku gentar
aku tetap tidak peduli
dunia fana sudah membiusku
hingga ku terjerumus dalam nafsu
Aku terlalu lemah untuk menyadari
Aku terlalu mudah untuk tertipu
Padahal semua kenikmatan membuatku terlena
Dan terlupa akan datangnya mati
Ketetapan pemilik semesta alam
Batas takdir tak bisa dihalangi
Aku tak tau dari arah mana dia hadir
Tiba-tiba Malaikat Pencabut Nyawa menjemputku
Jiwa ragaku terkejut dan gemetar
Mataku terbeliak dan lidahku terhenti
Melihat tulang dan kepalaku remuk bergemeretak
Menyisakan nafasku di ujung ubun2
Sungguh sakit tiada tara
Ketika seluruh saraf dan urat nadiku terputus
bagaikan kain wol basah dicabut dari bara api
tubuh yang dulu ku banggakan kini hancur berantakan
kulihat remang-remang ke sekelilingku
banyak saudara mengitariku
mereka menatap cemas dan takut
melihatku tersiksa meregang nyawa
kemudian ku menjerit menembus langit
serta kuharap belas kasihan dan do’a
tapi mereka semua tidak mendengarku
mereka terlalu banyak menangis dan tak berdaya menolongku
ketika kusampai di peraduan terakhir
ku dengar langkah kaki mereka berderak
meninggalkan tangisan kesendirianku
dalam kegelapan dan kepekatan
kini aku menyendiri
sendiri menerima semua derita
sendiri merasakan semua akibat
sendiri menanggung dosa
tiada guna lagi semua penyesalan
ku tak bisa kembali memperbaiki diri
semuanya telah terjadi...
untuk dijadikan sebuah pelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar