Senin, 24 Januari 2011

MAUT DAN MATI


Sehari terasa satu jam
Seminggu terasa sehari
Sebulan terasa seminggu
Demikianlah Hari bergulir dengan cepat dan nyata

Ragam kebetahan dunia diciptakan
Saling berpacu mengejar kenikmatan sesaat
Semata-mata untuk mengusir kepenatan dan rasa bosan
Begitu indah sebuah kejayaan dan keangkuhan

Sering aku mendengar wajah mati
Tak aneh kulihat jeritan dikala mati
Yang tersisa hanya seonggok nama di batu nisan
Semua manusia pasti mati

tapi itu semua tidak membuatku gentar
aku tetap tidak peduli
dunia fana sudah membiusku
hingga ku terjerumus dalam nafsu

Aku terlalu lemah untuk menyadari
Aku terlalu mudah untuk tertipu
Padahal semua kenikmatan membuatku terlena
Dan terlupa akan datangnya mati

Ketetapan pemilik semesta alam
Batas takdir tak bisa dihalangi
Aku tak tau dari arah mana dia hadir
Tiba-tiba Malaikat Pencabut Nyawa menjemputku

Jiwa ragaku terkejut dan gemetar
Mataku terbeliak dan lidahku terhenti
Melihat tulang dan kepalaku remuk bergemeretak
Menyisakan nafasku di ujung ubun2

Sungguh sakit tiada tara
Ketika seluruh saraf dan urat nadiku terputus
bagaikan kain wol basah dicabut dari bara api
tubuh yang dulu ku banggakan kini hancur berantakan

kulihat remang-remang ke sekelilingku
banyak saudara mengitariku
mereka menatap cemas dan takut
melihatku tersiksa meregang nyawa

kemudian ku menjerit menembus langit
serta kuharap  belas kasihan dan do’a
tapi mereka semua tidak mendengarku
mereka terlalu banyak menangis dan tak berdaya menolongku

ketika kusampai di peraduan terakhir
ku dengar langkah kaki mereka berderak
meninggalkan tangisan kesendirianku
dalam kegelapan dan kepekatan

kini aku menyendiri
sendiri menerima semua derita
sendiri merasakan semua akibat
sendiri menanggung dosa

tiada guna lagi semua penyesalan
ku tak bisa kembali memperbaiki diri
semuanya telah terjadi...
untuk dijadikan sebuah pelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar