Jumat, 28 Juli 2006

Kisah Sekuntum Mawar





Gonjang ganjing sudah mereda
Rangkaian mata menjadi saksi
Sekuntum mawar telah memudar
Harumnya sirna tanpa jejak

Keinginan hasrat memacu birahi
Belaian perasa menanggung dosa
Sekuntum mawar telah runtuh
Jatuh berderak tanpa bekas

Bunga seindah berlian telah dipetik
Madunya kering diisap kumbang penghianat
Sekuntum mawar mulai layu
Tergolek lemah tanpa daya

Perjalanan terus berputar
Membisik asa untuk kembali
Sekuntum mawar punya kehendak
Buaian cinta penuh balas

Peristiwa pahit terus mendera
Bagai cambuk meletupkan api
Sekuntum mawar kini menderita
Sendirian tanpa pengakuan

Senyum dan gelak tawa hanya ironi
Isyarat tangis terus terbayang
Sekuntum mawar telah tiada
Menyerahkan jasad tanpa nyawa

Nyatanya kumbang pergi tidak peduli
Tinggalkan nafas di belakang telinga
Sekuntum mawar telah musnah
Hembuskan kalbu penuh duka lara

Sekuntum mawar slalu mengenang
Sekuntum mawar slalu mengingat
Sekuntum mawar slalu merasakan
Sekuntum mawar slalu menanti

belai kasih yang tlah hilang
untuk dikenang

Rabu, 26 Juli 2006

BENCANA AMARAH

Kecamuk hati berurai kebencian
Tinggalkan rasa suka dan cinta
Amarah membludak di dada
Bibirpun ikut ternoda

Gelak tawa hanya kiasan
Sesungging senyuman hanya penutup hati
Kemelut selalu melingkari
Setan merogoh hati untuk bertindak tanpa nurani

Panas rasa menusuk perut
Membuat suasana semakin pekat
Nafsu angkara murka
Semangat keinginan hanya berontak

Ikatan yang telah ternoda
Mawar indah sirna belaka
Pergilah tanpa restuku
Sebaiknya telah terjadi

Ubun-ubun kembali memuncak
Ujung timur kembali kelam
Nestapa singgah sepanjang masa
Kamu memang durjana

Tinggalkan kesan luka
Langkah gontai tanpa asa
Harapan tinggal kenangan
Lupakan keindahan seumur jagung

Mimpi buruk bagai hantu
Bersinar kemelut api
Aku ingin bertemu
Untuk membunuhmu

Walau dunia terbelah dua
Aku terus mengikutimu
Walau langit hilang seketika
Aku terus membuntutimu

Bencana amarah telah sempurna
Menyediakan kabut bergumpal-gumpal
Sakitpun datang melanda
Terpaksa aku menghancurkanmu

Kamu memang brengsek
Kamu memang liar
Kulempar batu apimu
Untuk dikenang hingga ujung langit

Sabtu, 22 Juli 2006

BUNGA PESONA

Begitu lama berharap dan terungkap sudah
Pautan hati tebarkan rasa
Hatiku tergerak nian
Menatap hawa cantik jelita

Pancarkan sejuta pesona
Begitu damai hati
Saat tatapan matamu semerbak bunga
hatiku rindu tanpa sebab

Kaulah bunga terindah diantara bunga
Kangenku tanpa batas

Jumat, 21 Juli 2006

PANGANDARANKU SAYANG PANGANDARANKU MALANG

Senja cerah penuh pesona
Angin pantai memukau rasa cita
Sorak keramaian anak lautan
Terdengar riuh hingga ujung teluk

Biduk terkembang
Layar terbentang
Rayuan kelapa melepas kepenatan
Tak terlukis raut bahagia sejuta aroma

Namun hati kecil tak menyadari
Pikiran tak terkendali
Kan datang sebongkah bencana
Sorakpun hening seketika

Tanpa rasa sungkan
Deru pasir air menghantam
Pesisir Selatan Jawa tercinta
Porak poranda

Rangkaian gelombang berpacu
Mengejar suasana duka
Tangis pilu tiada akhir
Jeritan hati tiada batas

Pangandaranku sayang..
Pangandaranku malang..

Selasa, 18 Juli 2006

SESAAT DI PANGKUAN

Saat itu terdengar sahutanmu
Panggilan nyaman di sanubariku
Akupun bergegas mencoba
Apa gerangan...?

tak terasa kudaku berlari
Pelapa pun bersambut
Tak terasa waktu berjalan berlalu cepat
Senyum itu membuatku luluh lantak

Tak kuat aku menahan gejolak
sesaat mendekat meja bisu
Aku mendekapmu dalam
Bisikan begitu menggema tanpa balas

Sesaat kulepas rasa di belakangmu
Tergetar hatiku
Ini sebuah ungkapan rasa
Sesaat kedua

Kudekap dengan penuh rasa cinta
Suaramu lirih menderu-deru
Kulepas tanpa suara dan arti
Hanya hatiku yang semakin terpaut


Minggu, 16 Juli 2006

HAMPA

Hari mulai senja
Dengan malas matahari mulai terbenam
Suara malam pun mulai terasa
Saling berebut meramaikan suasana

Aku menatap langit yang bergemuruh tanpa arah
Tersendat penuh kesetiaan
Bintang bertabur pancarkan pesona
Aku terlena....

Suasana hatiku terasa hampa
Tiada tum malam ini disisiku
Begitu rindu
bagaimana tum bisa tau kegundahan ini?

Tanya pun hadir serentak
Apakah tum merasakannya?
Hanya suara malam memberi jawaban
Begitu mencekam

Getar-getar asmara terus bersemi
Menuai gejolak yang bergolak
Aku paksa menepis ini semua
Aku menyerah sebelum berperang

Tak bisa aku lari dari asa ini
Tanpa terasa kangenku tak terbatas

Sabtu, 15 Juli 2006

SUASANA SESAAT DI IMBANAGARA

Malam semakin larut
Gerimis semakin lengkap
Dingin demikian menusuk tulang
mengancam....

Namun hatiku berdegup kencang
Saat ingat kepada tum
Nan cantik jelita
Pujaan hati

Tanpa terasa dan kuduga
Hatiku sedikit mulai membeku
Demikian kuat hatiku terpaut
Mimpi di siang bolong !

Hatiku memanggil dengan teriak
Tanpa ada jawaban
Hati kecilku berbisik
Pergilah ke ujung dingin ...!

Aku berjalan tertatih tatih
Tanpa nafasku
Hanya harapan semangat jiwaku
Selangkah demi selangkah menuju impian

Aku duduk bersandar
Sebelah batu bercorak hitam
Aku menunggu dan menunggu
Menanti tum penggugah kebekuan