Senin, 11 September 2006

RAPUH



Ketika angin semilir menyapa
Menjanjikan kesejukan jemarimu
Tubuh pun terbuai sendu
Nikmati rasukan nafsu atas nama cinta

Terlalu mudah kau tertawa dan menangis
Terlalu mudah kau terlena dan terluka
Terlalu mudah kau tersentuh dan tersungkur
Memang terlalu mudah

Ragamu begitu tegar namun hatimu lemah
Pikiranmu tegas tapi perasaanmu teramat lumpuh
Bahumu terlihat tegak padahal tanganmu gemetar
Paru-parumu terasa luas tapi kenapa nafasmu berat

Begitu rapuh kehidupanmu
Tanpa daya arungi bahtera
Tiada orang peduli kecuali nurani
Atau srigala pamerkan simpati

Kedekatan Pencipta Alam Semesta
Kembalikan kesucian yang tlah ternoda
Utuhkan kesempurnaan yang tlah sirna
Tidaklah mudah.

Minggu, 10 September 2006

PALSU


Lembayung pagi menatap sayu
Wujudkan impian bunga tidurmu
Bergegas kaki melangkah
Poleskan keindahan gaun cantikmu

Beranjak dari kedamaian
Cerah wajahmu sungguh kentara
Namun belasan mata tak bisa dikhianati
Ada pembeda dalam sanubari

Senyummu terbelah kebimbangan
Samarkan dua pilihan
Ternyata meretakan alunan asmara
Hancurkan lingkaran persahabatan

Semua sekedar maksud hatimu
Menghapus nuansa rasa cinta
Tumbuhkan rumpun saudara
Itu gurauan belaka

Terlambat kau padamkan api
Merembetkan asap rumput liar
Membakar dahan ilusi
Menghanguskan hutan kepalsuan

Inilah api kepura-puraan sebenarnya
Tanpa lubuk kasih sayang
Hanya menguji kesetiaan
Hanya menguji keihklasan

Merugi kesucian cinta sejati
Terperangkap dalam permainan
Jika benar demikian
Semua salah besar

Kamis, 07 September 2006

TIDAK BISA


Malam ini pelita kilaukan bayang-bayang
Gemerlapkan kelap kelip gemintang
Gelap seakan tak berdaya
Kala kesunyian menerpa tanpa henti

Tangan tubuhku bergetar
Ketika dingin tetap menyelimuti
Hembuskan angin mengikis ilalang
Gemuruh kepundan demikian lepas

Hatiku lemah, jiwaku letih
Gemerisik luapkan perasaan
Isyaratkan sanubari berkecamuk
Bentangkan kegundahan

Kedatanganmu membuatku terluka
Kehadiranmu membuatku tersiksa’
Kebaikanmu membuatku karam
Kedekatanmu membuatku luluh lantak

Bukan sekedar itu ................

Walau raga ini bukanlah dirimu
Namun sungguh dihati tetap ada
Ternyata ku tak bisa
Dan takkan pernah bisa

Aku tatap dengan senyuman
Aku hanya diam tersadar
Aku secarik sampah tiada guna
Dihanyutkan gelora rasa bergumpal

Sabtu, 12 Agustus 2006

SONIA

Ketika bumi berdentang
Melepas pena kepenatan
Baris berbaris taburkan kesigapan
Kemudian lepas menuju sarang

Hati tak rela untuk berpisah
Hati tak rela untuk menjauh
Rindu sesaat belum terobati
Cinta seketika belum terbalas

Senyuman itu membuatku terpana
Raut elok membuatku terpesona
Sungguh tiada celapa penglihatan
Kau Hawa sempurna

Kaulah nafas hidupku
Kaulah jiwa ragaku
Kau kasih cintaku
Kau harapan pengabdianku

Berkilau mutiara kasih
Bersinar lautan asmara
Sejoli bertaut kian mesra
Ungkapkan aura cinta sejati

Keranda satukan nafas
Berdiri satukan jiwa raga
Tatapan satukan rasa suka
Belaian satukan rasa hati

Begitu sayang hati bertaut
Begitu cinta kalu
Pujaanku soniaku
Sonia pujaanku

Jumat, 11 Agustus 2006

BATU



Batu berarak di pinggir kali
Berderet-deret timbulkan kecurangan
Kesejukan seuntai air tiada guna
Menghantam batu penuh kemarahan

Batu itu keras
Batu itu sombong
Batu itu angkuh
Batu itu sifat

Hati keras bagai batu
Sombongkan kebodohan
Pertahankan kemunafikan
Sifat kepala batu

BAYANGAN SEMU

Terkadang rautmu bersandar
Terkadang harummu berpaling
Terhadap hatimu bertaut
Terkadang jiwamu melepas

Terhadang pesonamu terpancar
Terkadang auramu memudar
Terkadang senyummu menggoda
Terkadang bibirmu mencela

Kebimbangan membuatmu tersiksa
Pilihan membuatmu menderita
Lepaskan semua keinginan
Hilangkan semua tujuan

Kendalikanlah semua perasaan
Sadarkanlah semua pikiran
Akhirilah semua kekurangan
Mulailah semua keikhlasan

Putihkan semua kesadaran
Hitamkan semua pengakuan
Bangunkan semua fenomena
Tidurkan semua perjanjian

Timbulkan semua kebencian

Itu semua membuatku sendiri
Itu semua membuatku pergi
Itu semua membuatku mati
dan itu semua aku tidak peduli

Kamis, 10 Agustus 2006

KAMU

Kamu menghilangkan rasa
Kamu hapuskan asa
Kamu abaikan suara
Kamu tak pedulikan gema

Kamu tak tau aku
Kamu tak mengerti aku
Kamu tak pahami aku
Kamu tak ingin aku

Mulailah lupakan aku
Mulailah hancurkan aku
Mulailah musnahkan aku
Mulailah matikan aku

Aku tidak begitu

Rabu, 09 Agustus 2006

HARIMU

Riang kemilau pagi
Bangunkan keteguhan hati
Sentuhan embun setetes
Hidupkan semangat kepribadian

Bunga di kediaman beranjak dewasa
Wanginya menggoda kasmaran
Takkan kuasa menahan hasrat
Memetik indahnya

Namun tanpa rasa bersalah
Angin semilir hadirkan kelembutan
Kasih sayang pelengkap
Kemudian...

Pergantian kesedihan telah berlalu
Kepedihan berangsur sirna
Coba hapuskan keutuhan kenangan
Lemparkan semua nestapa kepiluan

Hadapi semua dengan senyuman
Tepiskan derita dengan keikhlasan
Pahit manis kehidupan hanya permainan
Kegetiran kuatkan ketabahan

Itu yang kuharapkan diharimu ini

Slamet Ultah Sonia
Maaf.... hanya sehelai bunga yang kuanugerahkan
yang tiada arti dan manfaat
Semoga kesendirianmu segera berakhir

Selasa, 08 Agustus 2006

SUNYI HATI

Detik tidak pernah mau berhenti walau sejenak
Menitpun bergerak menuju jam
Berpuluh kali sembilan agustus terlewati
Slalu dengan derai tawa

Tapi sekarang di sembilan agustus ini ?

Bagiku adalah kesedihan
Ya... kesedihan bagi hatiku
Kesedihan hati yang diwarnai kesunyian
Nyanyian sepi dalam rintihan

Sejah tujuh belas Januari ini
Matahari mengelilingi bumi
Buat nafasku di dunia
Sejak itu pula tangis mewarnai hari-hariku
dalam sunyi dalam sebuah rahasia

Ya... rahasia hati...

yang kegetirannya sangat samar
Membuat jiwaku tercabik-cabik
Tujuh bulan sudah itu berlalu
Namun belum sempurna tertutup luka hatiku

Senin, 07 Agustus 2006

RELAKANLAH AKU

Bulan bersinar benderang
Bintang bertabur seindah berlian
Gemerlap malam riuh gemerincing
Sampaikan kebetahan surga dunia

Aku menatap bungkam
Keramaian kuliat diam
Alam maya begitu sesak
Fenomena hapuskan asa

Nafasku tak menyadari
Bergeming dalam kegundahan
Jiwa tak bergerak hentikan detak
Hati wajah bisu membiru

Melayang jauh tangis kerinduan
Terhempas buaian cinta sejati
Satukan kesedihan semata
Tuntas sudah perjalanan sandiwara

Kutitip belahan hati
Kupercayakan tiga belahan jiwa
Relakan aku pamit, jangan kecewa
Ikhlaskan aku pergi, jangan tangisi

Tetesan do'a yang kuharap
Sempurnakan sebuah ketiadaan
Menanti timbang kehidupan
Menuju keabadian

Sabtu, 05 Agustus 2006

MUTIARAKU

Mutiara putih kemilau
Mutiara bersinar memukau
Mutiara pancarkan keindahan
Mutiara semaikan kesejukan

Kemilaumu musnahkan dendam
Pesonamu hancurkan angkara
Keindahanmu luluhkan kemarahan
Kesejukanmu kukuhkan hati untuk memelukmu

Ketika langit berganti nuansa
Disaat bumi suasana pekat
Walau angin kehilangan arah
Lautpun kesunyian ombak

Cahayamu tetap abadi
Sinarmu tiada lelah
Berteguh hadapi angin berontak
Bertahan diterpaan bandang

Mutiara... inilah dirimu sebenarnya
Mutiaraku mutiara sempurna
Pengobat rindu dikala lara
Sungguh tiada cela

Kamis, 03 Agustus 2006

TIDURLAH BIDADARIKU

Awan mulai kelam
Bulan seakan punah
Bintang pun seakan terhapus
Sunyi menyendiri dibalik kegelapan

Kakimu terkulai Kepala terhempas
Gelap memang kelam
Tetaplah disisiku
Kan slalu merawatmu

Lelapkan hatimu
Lepaskan pikirmu
Lupakan bebanmu
Hilangkan sedihmu

Sampaikan senyum manismu
Hadapkan aura cantikmu
Dekatkan raut indahmu
tidurlah sayang wahai bidadariku...

Rabu, 02 Agustus 2006

SEPENUH HATI

Tatapan matamu begitu indah
Sampai hatiku tak dapat berasa
Senyummu menebar begitu memukau
Hingga jantungku terhenti sesaat

Bibirmu merekah penuh kehangatan
Hingga pikirku tergetar karam
Sentuhan belai jemarimu begitu mesra
Hingga akalku tenggelam

Suaramu basah begitu menggoda
Lembutkan harapan cinta
Dekapanmu begitu dekat
Rindukan keinginan sayang

Aku merindukanmu
Aku menyayangimu
Aku mencintaimu
Sepenuh hatiku

Jumat, 28 Juli 2006

Kisah Sekuntum Mawar





Gonjang ganjing sudah mereda
Rangkaian mata menjadi saksi
Sekuntum mawar telah memudar
Harumnya sirna tanpa jejak

Keinginan hasrat memacu birahi
Belaian perasa menanggung dosa
Sekuntum mawar telah runtuh
Jatuh berderak tanpa bekas

Bunga seindah berlian telah dipetik
Madunya kering diisap kumbang penghianat
Sekuntum mawar mulai layu
Tergolek lemah tanpa daya

Perjalanan terus berputar
Membisik asa untuk kembali
Sekuntum mawar punya kehendak
Buaian cinta penuh balas

Peristiwa pahit terus mendera
Bagai cambuk meletupkan api
Sekuntum mawar kini menderita
Sendirian tanpa pengakuan

Senyum dan gelak tawa hanya ironi
Isyarat tangis terus terbayang
Sekuntum mawar telah tiada
Menyerahkan jasad tanpa nyawa

Nyatanya kumbang pergi tidak peduli
Tinggalkan nafas di belakang telinga
Sekuntum mawar telah musnah
Hembuskan kalbu penuh duka lara

Sekuntum mawar slalu mengenang
Sekuntum mawar slalu mengingat
Sekuntum mawar slalu merasakan
Sekuntum mawar slalu menanti

belai kasih yang tlah hilang
untuk dikenang

Rabu, 26 Juli 2006

BENCANA AMARAH

Kecamuk hati berurai kebencian
Tinggalkan rasa suka dan cinta
Amarah membludak di dada
Bibirpun ikut ternoda

Gelak tawa hanya kiasan
Sesungging senyuman hanya penutup hati
Kemelut selalu melingkari
Setan merogoh hati untuk bertindak tanpa nurani

Panas rasa menusuk perut
Membuat suasana semakin pekat
Nafsu angkara murka
Semangat keinginan hanya berontak

Ikatan yang telah ternoda
Mawar indah sirna belaka
Pergilah tanpa restuku
Sebaiknya telah terjadi

Ubun-ubun kembali memuncak
Ujung timur kembali kelam
Nestapa singgah sepanjang masa
Kamu memang durjana

Tinggalkan kesan luka
Langkah gontai tanpa asa
Harapan tinggal kenangan
Lupakan keindahan seumur jagung

Mimpi buruk bagai hantu
Bersinar kemelut api
Aku ingin bertemu
Untuk membunuhmu

Walau dunia terbelah dua
Aku terus mengikutimu
Walau langit hilang seketika
Aku terus membuntutimu

Bencana amarah telah sempurna
Menyediakan kabut bergumpal-gumpal
Sakitpun datang melanda
Terpaksa aku menghancurkanmu

Kamu memang brengsek
Kamu memang liar
Kulempar batu apimu
Untuk dikenang hingga ujung langit

Sabtu, 22 Juli 2006

BUNGA PESONA

Begitu lama berharap dan terungkap sudah
Pautan hati tebarkan rasa
Hatiku tergerak nian
Menatap hawa cantik jelita

Pancarkan sejuta pesona
Begitu damai hati
Saat tatapan matamu semerbak bunga
hatiku rindu tanpa sebab

Kaulah bunga terindah diantara bunga
Kangenku tanpa batas

Jumat, 21 Juli 2006

PANGANDARANKU SAYANG PANGANDARANKU MALANG

Senja cerah penuh pesona
Angin pantai memukau rasa cita
Sorak keramaian anak lautan
Terdengar riuh hingga ujung teluk

Biduk terkembang
Layar terbentang
Rayuan kelapa melepas kepenatan
Tak terlukis raut bahagia sejuta aroma

Namun hati kecil tak menyadari
Pikiran tak terkendali
Kan datang sebongkah bencana
Sorakpun hening seketika

Tanpa rasa sungkan
Deru pasir air menghantam
Pesisir Selatan Jawa tercinta
Porak poranda

Rangkaian gelombang berpacu
Mengejar suasana duka
Tangis pilu tiada akhir
Jeritan hati tiada batas

Pangandaranku sayang..
Pangandaranku malang..

Selasa, 18 Juli 2006

SESAAT DI PANGKUAN

Saat itu terdengar sahutanmu
Panggilan nyaman di sanubariku
Akupun bergegas mencoba
Apa gerangan...?

tak terasa kudaku berlari
Pelapa pun bersambut
Tak terasa waktu berjalan berlalu cepat
Senyum itu membuatku luluh lantak

Tak kuat aku menahan gejolak
sesaat mendekat meja bisu
Aku mendekapmu dalam
Bisikan begitu menggema tanpa balas

Sesaat kulepas rasa di belakangmu
Tergetar hatiku
Ini sebuah ungkapan rasa
Sesaat kedua

Kudekap dengan penuh rasa cinta
Suaramu lirih menderu-deru
Kulepas tanpa suara dan arti
Hanya hatiku yang semakin terpaut


Minggu, 16 Juli 2006

HAMPA

Hari mulai senja
Dengan malas matahari mulai terbenam
Suara malam pun mulai terasa
Saling berebut meramaikan suasana

Aku menatap langit yang bergemuruh tanpa arah
Tersendat penuh kesetiaan
Bintang bertabur pancarkan pesona
Aku terlena....

Suasana hatiku terasa hampa
Tiada tum malam ini disisiku
Begitu rindu
bagaimana tum bisa tau kegundahan ini?

Tanya pun hadir serentak
Apakah tum merasakannya?
Hanya suara malam memberi jawaban
Begitu mencekam

Getar-getar asmara terus bersemi
Menuai gejolak yang bergolak
Aku paksa menepis ini semua
Aku menyerah sebelum berperang

Tak bisa aku lari dari asa ini
Tanpa terasa kangenku tak terbatas

Sabtu, 15 Juli 2006

SUASANA SESAAT DI IMBANAGARA

Malam semakin larut
Gerimis semakin lengkap
Dingin demikian menusuk tulang
mengancam....

Namun hatiku berdegup kencang
Saat ingat kepada tum
Nan cantik jelita
Pujaan hati

Tanpa terasa dan kuduga
Hatiku sedikit mulai membeku
Demikian kuat hatiku terpaut
Mimpi di siang bolong !

Hatiku memanggil dengan teriak
Tanpa ada jawaban
Hati kecilku berbisik
Pergilah ke ujung dingin ...!

Aku berjalan tertatih tatih
Tanpa nafasku
Hanya harapan semangat jiwaku
Selangkah demi selangkah menuju impian

Aku duduk bersandar
Sebelah batu bercorak hitam
Aku menunggu dan menunggu
Menanti tum penggugah kebekuan